Hacker Bisa Bobol Akun Bank dalam 3 Menit! Begini Cara Mereka Melakukannya & Cara Menghindarinya!

Hacker Bisa Bobol Akun Bank dalam 3 Menit! Begini Cara Mereka Melakukannya & Cara Menghindarinya
Ilustrasi hacker

Kasus peretasan akun bank semakin meningkat seiring berkembangnya teknologi digital. Laporan dari FBI’s Internet Crime Complaint Center (IC3) tahun 2023 menunjukkan bahwa kejahatan siber merugikan pengguna hingga $10,3 miliar dalam satu tahun saja. Dari jumlah tersebut, pencurian akun bank menjadi salah satu kasus paling umum. Bahkan, hacker profesional bisa mengambil alih akun perbankan seseorang hanya dalam waktu kurang dari 3 menit menggunakan berbagai teknik canggih seperti phishing, malware, dan SIM swapping.

Kebanyakan korban baru menyadari setelah saldo mereka terkuras habis. Sayangnya, setelah peretas berhasil masuk ke akun, peluang untuk mendapatkan kembali dana yang hilang sangat kecil. Inilah mengapa memahami cara hacker bekerja, teknik yang mereka gunakan, dan bagaimana cara mencegahnya menjadi hal yang sangat penting.

Di artikel ini, kita akan membahas secara detail:
✅ Teknik-teknik peretasan akun bank yang paling umum digunakan.
✅ Studi kasus nyata dari korban peretasan.
✅ Langkah-langkah efektif untuk melindungi akun bank agar tetap aman.

Mari kita bahas satu per satu!


1. Teknik Peretasan Akun Bank yang Paling Umum Digunakan

Para peretas menggunakan berbagai metode canggih untuk mencuri informasi akun bank seseorang. Berikut ini adalah teknik yang paling sering digunakan oleh hacker untuk membobol akun perbankan:


a. Phishing: Menjebak Korban dengan Situs Palsu

Phishing adalah salah satu metode paling sering digunakan oleh hacker untuk mencuri data perbankan korban. Teknik ini dilakukan dengan mengelabui pengguna agar memasukkan informasi pribadi mereka ke dalam situs palsu yang dirancang sangat mirip dengan halaman resmi bank.

Bagaimana phishing bekerja?

  1. Hacker mengirim email atau SMS yang mengaku berasal dari bank dan menyertakan tautan untuk ‘memperbarui informasi akun’.
  2. Korban mengklik tautan tersebut dan diarahkan ke situs palsu yang tampilannya hampir identik dengan situs resmi bank.
  3. Tanpa sadar, korban memasukkan username, password, dan kode OTP ke dalam situs palsu tersebut.
  4. Data yang diketik langsung dikirim ke hacker, yang kemudian menggunakannya untuk mengakses akun asli korban.


Studi Kasus:
Pada tahun 2022, seorang nasabah bank di Jakarta kehilangan Rp120 juta setelah menerima email yang mengaku dari bank tempat ia menyimpan uangnya. Email tersebut meminta korban untuk "mengonfirmasi transaksi mencurigakan" dengan memasukkan data login di sebuah situs. Tanpa ia sadari, situs tersebut adalah palsu. Dalam waktu kurang dari 3 menit, hacker berhasil login ke akun korban dan mentransfer seluruh uangnya ke rekening lain.


Data pendukung:
Menurut laporan Verizon’s 2023 Data Breach Report, 36% dari semua kasus pencurian data terjadi akibat phishing.


Cara Menghindarinya:
Jangan pernah login dari link yang dikirim melalui SMS atau email. Jika menerima pesan mencurigakan, hubungi bank langsung melalui nomor resmi mereka.
Periksa URL situs sebelum login. Situs palsu sering menggunakan nama domain yang mirip tetapi memiliki perbedaan kecil (misalnya, "b4nk-xyz.com" alih-alih "bankxyz.com").
Gunakan password manager. Aplikasi ini hanya akan mengisi kredensial login jika situs tersebut asli.
Aktifkan autentikasi dua faktor (2FA) berbasis aplikasi seperti Google Authenticator atau Authy agar hacker tidak bisa masuk meskipun memiliki password Anda.


b. Malware Perbankan: Virus yang Mencuri Data Akun Bank Secara Diam-diam

Malware perbankan adalah jenis program jahat yang didesain khusus untuk mencuri informasi keuangan korban. Biasanya, malware ini disisipkan melalui aplikasi palsu, email berisi lampiran berbahaya, atau situs web berbahaya yang menginfeksi perangkat pengguna.

Bagaimana malware bekerja?

  1. Korban mengunduh aplikasi palsu yang mengaku sebagai layanan perbankan atau keuangan.
  2. Saat aplikasi dipasang, malware mulai bekerja di latar belakang tanpa diketahui korban.
  3. Malware akan merekam aktivitas keyboard (keylogger) atau menyalin data login dan OTP dari aplikasi perbankan.
  4. Hacker mendapatkan akses penuh ke akun perbankan dan menguras saldo korban.


Studi Kasus:
Pada tahun 2023, lebih dari 10 juta pengguna Android di seluruh dunia terinfeksi malware "Teabot" yang menargetkan aplikasi perbankan. Malware ini tersembunyi dalam aplikasi yang tampaknya tidak berbahaya, seperti aplikasi VPN gratis atau aplikasi pemindai dokumen. Begitu terpasang, malware ini langsung mengambil alih akun perbankan korban dan melakukan transaksi tanpa sepengetahuan mereka.


Cara Menghindarinya:
Jangan mengunduh aplikasi dari luar Google Play Store atau App Store. Banyak malware disisipkan dalam aplikasi APK dari sumber tidak resmi.
Periksa izin aplikasi sebelum menginstalnya. Jika aplikasi kalkulator meminta izin untuk membaca SMS atau mengakses data perbankan, itu mencurigakan!
Gunakan antivirus yang dapat mendeteksi malware perbankan, seperti Kaspersky atau Bitdefender.
Update aplikasi dan sistem operasi secara rutin untuk menutup celah keamanan yang bisa dieksploitasi hacker.


2. Teknik Lanjutan yang Digunakan Hacker untuk Membobol Akun Bank

Selain phishing dan malware perbankan, ada beberapa teknik canggih lain yang sering digunakan hacker untuk mencuri akses ke akun bank korban.

a. SIM Swapping: Mencuri Nomor HP untuk Mendapatkan Kode OTP

SIM swapping adalah metode di mana peretas mengambil alih nomor telepon korban dengan meminta penyedia layanan seluler untuk mengganti kartu SIM ke perangkat mereka. Dengan begitu, mereka bisa menerima kode OTP (One-Time Password) yang dikirim oleh bank untuk mengonfirmasi transaksi.

Bagaimana SIM Swapping bekerja?

  1. Hacker mengumpulkan informasi pribadi korban, seperti nama lengkap, tanggal lahir, dan alamat melalui media sosial atau kebocoran data.
  2. Mereka menghubungi layanan pelanggan operator seluler dan berpura-pura sebagai pemilik nomor, mengklaim bahwa kartu SIM hilang dan meminta penggantian.
  3. Setelah operator menyetujui, kartu SIM baru dengan nomor telepon korban akan aktif di perangkat hacker.
  4. Hacker mencoba login ke akun bank korban dan meminta kode OTP. Karena nomor sudah berpindah tangan, kode OTP dikirim langsung ke ponsel hacker.
  5. Mereka dengan mudah mengakses akun bank korban dan menguras saldo.


Studi Kasus:
Pada 2021, seorang eksekutif teknologi di AS kehilangan lebih dari $400.000 setelah hacker berhasil mengambil alih nomor ponselnya melalui SIM swapping. Dalam waktu kurang dari 10 menit, hacker sudah mendapatkan akses penuh ke akun bank, email, dan bahkan dompet kripto milik korban.


Cara Menghindarinya:
Gunakan autentikasi dua faktor (2FA) berbasis aplikasi seperti Google Authenticator, bukan SMS.
Hubungi operator seluler dan aktifkan fitur PIN khusus untuk mencegah penggantian SIM tanpa verifikasi tambahan.
Jangan membagikan informasi pribadi secara sembarangan, terutama di media sosial.
Gunakan email dan nomor cadangan yang hanya diketahui Anda untuk mengamankan akun bank.


b. Man-in-the-Middle Attack: Hacker Menyadap Transaksi di Jaringan Publik

Serangan Man-in-the-Middle (MITM) terjadi ketika hacker menyusup ke jaringan WiFi publik dan memantau lalu lintas data pengguna. Jika korban mengakses layanan perbankan saat menggunakan jaringan tersebut, hacker dapat mencuri informasi login dan bahkan mengubah data transaksi sebelum dikirim ke server bank.

Bagaimana MITM bekerja?

  1. Korban terhubung ke WiFi publik tanpa enkripsi di kafe, bandara, atau hotel.
  2. Hacker menyisipkan malware atau jaringan WiFi palsu untuk memantau data yang dikirim oleh korban.
  3. Jika korban login ke aplikasi atau situs bank, hacker bisa mencuri username, password, dan data transaksi.
  4. Hacker dapat memodifikasi transaksi yang dikirimkan, misalnya mengganti rekening tujuan saat korban mentransfer uang.


Studi Kasus:
Pada 2022, lebih dari 500 nasabah di Eropa kehilangan uang mereka akibat serangan MITM saat menggunakan WiFi publik. Mereka tidak menyadari bahwa jaringan WiFi yang mereka gunakan sebenarnya dikendalikan oleh hacker.


Cara Menghindarinya:
Jangan pernah login ke akun bank menggunakan WiFi publik.
Gunakan VPN (Virtual Private Network) untuk mengenkripsi data Anda saat berselancar di internet.
Pastikan situs yang Anda akses menggunakan HTTPS, bukan HTTP biasa.
Aktifkan notifikasi transaksi di akun bank agar bisa segera mendeteksi aktivitas mencurigakan.


3. Cara Melindungi Akun Bank dari Peretasan

Setelah memahami berbagai teknik yang digunakan oleh hacker, kini saatnya membahas bagaimana cara melindungi akun bank agar tetap aman. Berikut adalah beberapa langkah pencegahan yang dapat dilakukan untuk menghindari serangan siber.

a. Gunakan Autentikasi Dua Faktor (2FA) yang Lebih Aman

Autentikasi dua faktor adalah langkah keamanan tambahan yang mengharuskan pengguna untuk memasukkan kode unik selain username dan password saat login. Namun, tidak semua metode 2FA sama keamanannya.


Metode 2FA yang lebih aman:
Gunakan aplikasi autentikasi seperti Google Authenticator atau Authy, bukan SMS, karena hacker bisa mencuri kode OTP melalui SIM swapping.
Gunakan security key fisik seperti YubiKey untuk perlindungan maksimal.
Jangan gunakan email sebagai satu-satunya metode pemulihan akun, karena email bisa diretas lebih mudah.


Studi Kasus:
Seorang pengguna di Inggris berhasil mencegah peretasan akun banknya setelah hacker mencoba login dari perangkat tidak dikenal. Berkat autentikasi dua faktor berbasis aplikasi, hacker tidak dapat mengakses kode verifikasi meskipun sudah mengetahui password korban.


b. Selalu Perbarui Perangkat Lunak dan Gunakan Antivirus

Perangkat lunak yang usang sering kali memiliki celah keamanan yang dapat dieksploitasi oleh hacker. Oleh karena itu, selalu pastikan bahwa sistem operasi, aplikasi perbankan, dan browser yang digunakan sudah diperbarui ke versi terbaru.

Aktifkan pembaruan otomatis pada perangkat dan aplikasi.
Gunakan antivirus premium yang dapat mendeteksi malware dan keylogger.
Hindari menginstal aplikasi dari sumber yang tidak resmi, terutama aplikasi keuangan.


c. Hindari WiFi Publik untuk Akses Perbankan

Seperti yang telah dibahas sebelumnya, WiFi publik sangat rentan terhadap serangan Man-in-the-Middle (MITM). Maka dari itu, selalu berhati-hati saat menggunakan jaringan yang tidak dikenal.

Gunakan VPN saat mengakses akun bank dari jaringan publik.
Nonaktifkan fitur koneksi otomatis ke WiFi di perangkat Anda.
Lebih baik gunakan data seluler dibanding WiFi gratis saat melakukan transaksi keuangan.


d. Rutin Periksa Aktivitas Rekening dan Gunakan Notifikasi Transaksi

Banyak korban peretasan tidak menyadari bahwa akun mereka telah dibobol sampai saldo berkurang drastis. Oleh karena itu, penting untuk selalu memeriksa riwayat transaksi secara berkala.

Aktifkan notifikasi transaksi melalui SMS atau aplikasi bank.
Periksa riwayat transaksi minimal seminggu sekali untuk mendeteksi aktivitas mencurigakan.
Jika menemukan transaksi yang tidak dikenali, segera hubungi pihak bank dan blokir kartu atau akun sementara.


Kesimpulan: Waspada dan Proaktif dalam Mengamankan Akun Bank

Serangan siber terhadap akun bank semakin canggih, dengan teknik seperti phishing, malware perbankan, SIM swapping, dan Man-in-the-Middle attack. Tanpa langkah pencegahan yang tepat, siapa pun bisa menjadi korban dalam hitungan menit.

Untuk menghindari hal ini, selalu gunakan autentikasi dua faktor berbasis aplikasi, hindari WiFi publik, perbarui perangkat lunak secara berkala, dan periksa transaksi secara rutin. Dengan langkah-langkah ini, Anda bisa meminimalkan risiko peretasan dan menjaga keamanan rekening bank dari ancaman siber.


FAQ (Pertanyaan yang Sering Diajukan)

1. Apakah semua bank rentan terhadap serangan hacker?

Ya, semua bank memiliki potensi untuk diretas, tetapi tingkat keamanan tergantung pada sistem keamanan yang diterapkan oleh bank serta langkah-langkah pencegahan yang dilakukan oleh nasabah.


2. Apa tanda-tanda bahwa akun bank saya telah diretas?

Beberapa tanda yang perlu diwaspadai adalah transaksi yang tidak dikenali, perubahan detail akun tanpa izin, tidak bisa login ke akun, dan menerima notifikasi login dari perangkat asing.


3. Jika akun bank saya diretas, apa yang harus saya lakukan?

Segera hubungi bank untuk memblokir kartu atau akun sementara, ubah semua password yang terkait, dan laporkan kejadian ini ke pihak berwenang.


4. Apakah menggunakan password yang panjang sudah cukup untuk melindungi akun bank?

Tidak. Meskipun password yang kuat penting, Anda juga harus menggunakan 2FA berbasis aplikasi, menghindari phishing, dan memperbarui sistem keamanan perangkat secara berkala.


Baca Juga

Begini Cara Melindungi Instagram dari Peretasan
7 Teknik Peretasan Paling Berbahaya yang Bisa Mengincar Kamu
Memahami Serangan DDOS dan Cara Mencegahnya!

LihatTutupKomentar